KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala
puji bagi Alloh S.W.T yang telah memberikan nikmat yang begitu besarnya kepada
kita sebagai hamba-Nya. Shalawat serta salam kita curah limpahkan kepada
junjungan besar kita Nabi Muhammad S.A.W.
Alhamdulillah atas ijin
Allah S.W.T., kita dari kelompok satu dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PERENCANAAN MENTORING DAN EVALUASI TABLIGH” ini sebagai tugas dari mata kuliah
Dasar-Dasar Ilmu Tabligh tepat pada waktunya. Pada kesempatan kali ini kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengajar mata kuliah Dasar-Dasar
Ilmu Tabligh yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan pada kami.
Dan ucapan terimakasih pada rekan-rekan yang turut membantu dan memberikan
kesempatan kami menyusun makalah ini.
Sekiranya makalah ini masih
jauh dari sempurna, kami mohon maaf. Kritik dan saran dosen dan rekan-rekan
kami terima untuk pembelajaran kami agar menjadi lebih baik lagi. kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin ya robbal’alamin....
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Bandung, 9
Mei 2013
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................
1
DAFTAR
ISI............................................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................................................
3
I.
LATAR BELAKANG
II.
RUMUSAN MASALAH
III.
TUJUAN PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN......................................................................................................................
5
I.
PENGERTIAN
TABLIGH.....................................................................................
5
II.
PERENCANAAN
TABLIGH................................................................................
6
III.
EVALUASI PENILAIAN
TABLIGH.................................................................. 14
BAB III
PENUTUP..............................................................................................................................
16
I.
KESIMPULAN
II.
SARAN
DAFTAR
PUSTAKA..............................................................................................................................
17
BAB I
PENDAHULUAN
I.
LATAR
BELAKANG
Islam adalah agama Allah yang terakhir, yang dibawa
oleh Nabi Muhammad saw untuk seluruh umat manusia. Islam adalah agama yang
sempurna dan diridhai Allah SWT. الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ
دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا (QS.Al-Maidah 5:3), yang merupakan
rahmat bagi seluruh alam وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا
رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ (QS.Al-Anbiya
21:107). Dengan agama Islam yang difahami dan diamalkan dengan benar, maka
manusia akan dapat hidup dengan baik, sejahtera dan bahagia selama di dunia
serta selamat di akherat kelak. Sementara itu keimanan kita dan keislaman kita
pada hakekatnya merupakan rahmat (karunia) dari Allah, karena hanya Allah-lah
yang dapat memberikan hidayah itu. Tanpa hidayah Allah SWT maka tak mungkin
seseorang memeluk agama Islam, ‘man yahdillahu fala mudlillalah, wa man
yudlil fala hadiyalah”.
Oleh karena itu pada dasarnya semua manusia itu adalah
umat yang satu, satu saudara كَانَ النَّاسُ أُمَّةً
وَاحِدَةً (QS.Al-Baqoroh
2:213), maka menjadi kewajiban kita menyebarluaskan hidayah itu kepada semua
umat manusia agar mereka juga dapat menikmati rahmat Allah seperti kita. Agar
saudara-saudara kita sesame umat manusia juga menikmati kebahagiaan di dunia
dan keselamatanm di akherat kelak. Jadi sebenarnya penyebarluasan bimbingan dan
pengamalan ajaran Islam itu merupakan suatu kegiatan yang manusiawi. Oleh
karena dengan penyebaran agama Islam mereka diajak untuk hidup sejahtera,
bahagia dan diselamatkan dari ancaman api neraka.
Penyebaran agama Islam dan bimbingan untuk
mengamalkannya itu dikenal dengan istilah dakwah Islam. Dakwah Islam pada
hakekatnya adalah perwujudan cinta kasih umat Islam terhadap sesama manusia,
terhadap saudaranya. Dengan demikian dakwah juga merupakan usaha penyelamatan
dunia dari kegelapan ke arah kehidupan yang terang demi umat manusia secara
keseluruhan.
II.
RUMUSAN
MASALAH
a.
Apa itu tabligh?
b.
Bagaimana langkah perencanaan tabligh?
c.
Bagaimana cara mengevaluasi tabligh?
III.
TUJUAN
PENULISAN
a.
Agara dapat mengerti apa itu tabligh
b.
Agar dapat mengetahui langkah-langkah dalam
perencanaan tabligh
c.
Agar dapat mengetahui cara mengevaluasi tabligh
BAB II
PEMBAHASAN
I.
PENGERTIAN TABLIGH
A. Tabligh
Secara
bahasa, Tabligh berasal dari kata balagha, yuballighu, tablighan,
yang berarti menyampaikan. Tabigh adalah kata kerja transtif, yang berarti
membuat seseorang sampai, menyampaikan, atau melaporkan, dalam arti
menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Dalam bahasa Arab, orang yang
menyampaikan disebut Mubaligh.
Dalam
pandangan Muhammad A’la Thanvi, membahas Tabligh sebagai sebuah istilah ilmu
dalam retorika, yang didefinisikan sebagai sebuah pernyataan kesastraan yang
secara fisik maupun logis mungkin. Bagaimana orang yang diajak bicara bisa
terpengaruh, terbuai, atau terbius, serta yakin dengan untaian kata-kata atau
pesan yang disampaikan. Jadi menurut pendapat ini, dalam Tabligh ada aspek yang
berhubungan dengan kepiawaian penyampai pesan dalam merangkai kata-kata yang
indah yang mampu membuat lawan bicara terpesona.
Sedangkan
menurut Dr. Ibrahim, Tabligh adalah, “Memberikan informasi yang benar,
pengetahuan yang factual, dan hakkat pasti yang bisa menolong dan membantu
manusia untuk membentuk pendapat yang tepat dalam suatu kejadian atau dari
berbagai kesulitan.
Sedangkan
dalam koteks ajaran Islam, tabligh adalah penyampaian dan pemberitaaan tentang
ajaran-ajaran Islam kepada umat manusia, yang dengan penyampaian dan
pemberitaan tersebut, pemberita menjadi terlepas dari beban kewajiban
memberitakan dan phak penerima berita menjadi terikat dengannya.
Dalam konsep
Islam, tabligh merupakan salah satu perintah yang dibebankan kepada para
utusan-Nya. Nabi Muhammad sebagai utusan Allah beliau menerima risalah dan
diperintahkan untuk menyampaikannya kepada seluruh umat manusia, yang
selanjutnya tugas ini diteruskan oleh pegikut dan umatnya.
II.
PERENCANAAN
TABLIGH
A. Forecasting
(ramalan)
Forecasting (ramalan) yaitu kegiatan
meramalkan, memproyeksikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi bila sesuatu
dikerjakan. Dalam tabligh, fungsi ini dapat dipakai sebagai kegiatan meramalkan
apa yang akan terjadi bila kita menyampaikan suatu bahasan agama kepada masyarakat.
Apa yang akan terjadi bila kita menyampaikannya dengan cara tertentu.
B. Planning
(Perencanaan) Tabligh
Rencana
adalah suatu arah tindakan yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Dari
perencanaan ini akan mengungkapkan tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan yang
diperlukan dalam mencapai tujuan. Dan secara alami, perencanaan itu sudah
merupakan bagian dari sunnatullah, yaitu dengan melihat Allah SWT
menciptakan alam semesta dengan hak dan perencanaan yang matang, disertai
tujuan yang jelas.
Dalam oxford,
perencanaan (Planning) diartikan dengan beberapa pengertian, yaitu, (1) the
action procces of making plans, (2) to make preparations for
something that is expected to happen. Perencanaan merupakan starting
point dari aktivitas manajerial. Karena bagaimanapun sempurnanya suatu
aktivitas manajemen tetap membutuhkan sebuah perencanaan. Karena perencanaan
merupakan langkah awal bagi sebuah kegiatan dalam bentuk memikirkan hal-hal
yang berkaitan agar memperoleh hasil yang optimal.
Dalm
bertabligh, merencanakan disini menyangkut merumuskan sasaran atau tujuan dari
organisasi Tabligh tersebut, menetapkan strategi menyeluruh utnuk mencapai
tujuan dan menyusun hierarki lengkap rencana-rencana untuk mengintegrasikan dan
mengkordinasikan kegiatan-kegiatan. Pada perencanaan Tabligh menyangkut tujuan
apa yang harus dikerjakan dan sarana-sarana bagaimana yang harus dilakukan.
Atas dasar
hal di atas, maka fungsi dari perencanaan adalah menentukan tujuan atau
kerangka tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu. Ini dilakukan
dengan mengkaji kekuatan dan kelemahannya, menentukan kesempatan dan ancaman,
menentukan strategi, kebijakan taktik dan program.
Secara garis
besar perencanaan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu rencana besar, dan
rencana biasa. Rencana besar adalah rencana menyeluruh dari semua akrivitas
yang dilakukan. Perencanaan menurut Hanry Fayol, adalah semacam prediksi
terhadap apa yang akan terjadi pada masa datang disertai persiapan utnuk
menghadapi masa yang akan datang. Perencanaan juga merupakan sebuah proses
untuk mengakaji apa yang hendak dikerjakan di masa yang akan datang. Komponen
perencanaan adalah: Ide, penentuan aksi, dan waktu. Waktu disini bisa dalam
jangka pendek dan jangka panjang. Adapun langkah-langkah dari perencanaan
adalah:
- Perkiraan dan perhitungan masa depan
Perencanaan
Tabligh berarti tindakan pengambilan keputusan yang dilakukan sekarang untuk
penyelenggaraan tabligh di masa mendatang. Perencanaan tabligh dengan demikian
berhubungan dengan masa depan, yaitu suatu keadaan yang belum dikenal dan penuh
berisikan serba ketidakpastian.
Oleh karena
itu dalam hendak melaksanakan fungsi perencanaan tabligh, pimpinan tabligh
harus terlebih dahulu mencari dasar yang tetap dan kokoh, atas dasar mana
perencanaan tabligh akan dilaksakan. Ini dilaksanakannya dengan jalan
mengadakan suatu tindakan memperkirakan dan memperhitungkan segala kemungkinan
kejadian yang bakal timbul dan dihadapi di masa depan, berdasarkan hasil
analisa terhadap data dan keterangan yang kongkrit.
Tindakan ini
mempunyai arti yang sangat penting bagi perencanaan Tabligh. Sebab dengan
diketahuinya gambaran mengenai keadaan masa depan. Baik keadaan mengenai
kondisi maupun situasi yang melingkupi proses penyampaian pesan da’wah, maka
pimpinan da’wah atau tabligh dapat menetapkan sasaran dan langkah-langkah
tabligh yang rasional dan realistis. Perencanaan tabligh yang tidak didahului
dengan perkiraan dan perhitungan masa depan, akan merupakan tindakan
sewenang-wenang yang dilakukan dengan untung-untungan. Oleh karena itu hasilnya
pun hanya lebih banyak hanya merupakan penyusunan daftar keinginan belaka yang
sukar dilaksanakan.
Dari uraian
di atas, maka jelaslah bahwa adanya kemampuan untuk memperhitungkan dan
memperkirakan kondisi subjek da’wah, beserta dengan segenap sarana-sarana yang
diperlukan pada waktu mendatang adalah mutlak diperlukan. Begitu pula adanya
kecermatan untuk mengidentikan iklim social, politik, ekonomi, kebudayaan, dan
sebagainya yang akan mempengaruh proses tabligh.
- Penentuan dan perumusan sasaran dalam rangka pencapaian tujuan Tabligh
Proses
penyelenggaraan tabligh dalam rangka penyampaian syiar Islam, terdiri dari
serangkaian kegiatan yang meliput berbagai bidang, yang dilakukan secara tahap
demi tahap dalam periode-periode tertentu. Pada setiap tahap yang dilakukan
dalam suatu periode atau jangka waktu tertentu, disampng perlu ditentukan hasil
apa yang diharapkan dapat dicapai atau diperoleh. Dengan demikian sasaran
da’wah melalui tabligh adalah merupakan bagian dari tujuan tabligh.
Sebuah
perencanaan dikatakan baik, jika memenuhi persyaratan berikut:
a. Didasarkan
pada sebuah keyakinan bahwa apa yang dilakukan adalah baik. Standar baik dalam
Islam adalah yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah.
b. Dipastikan betul
bahwa sesuatu yang dilakukan memiliki manfaat. Manfaat ini bukan sekadar untuk
orang yang melakukan perencanaan, tetapi juga untuk orang lain, maka perlu
memerhatikan asas maslahat untuk umat, terlebih dalam aktivitas dakwah.
c. Didasarkan
pada ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan apa yang dilakukan. Untuk
merencanakan sebuah kegiatan dakwah, maka seorang da’i harus banyak mendengar,
membaca, dan memiliki ilmu pengetahuan yang luas sehingga dapat melakukan
aktivitas dakwah berdasarkan kompetensi ilmunya.
d. Dilakukan
studi banding (benchmark). Benchmark adalah melakukan studi
terhadap praktik terbaik dari lembaga atau kegiatan dakwah yang sukses
menjalankan aktivitasnya.
e. Dipikirkan
dan dianalisis prosesnya, dan kelanjutan dari aktivitas yang akan dilaksanakan.
Barikut ini adalah unsur-unsur kerangka perencanaan
dakwah dalam bentuk langkah dan aktivitas, yaitu:
v Dakwah harus
memiliki visi, misi, dan tujuan utama ke depan.
v Mengkaji
realitas, dan lingkungan yang meliputi segala aspek yang terkandung di
dalamnya.
v Menetapkan
tujuan yang mungkin dapat direalisasikan, yakni dengan mengikuti metode dakwah
yang ada.
v Mengusulkan
berbagai bentuk wasilah atau sarana dakwah serta menetapkan alternative
pengganti.
v Memilih
sarana dan metode dakwah yang paling cocok.
v Dakwah harus
bisa menjawab sasaran dalam hal ini; apa tujuan dakwah? Dimana dakwah itu akan
dilaksanakan? Kapan? Dan apa materi yang akan disampaikan?
Perencanaan merupakan sesuatu yang sangat urgen dan
dapat memberi manfaat bagi keberhasilan aktivitas dakwah, yaitu antara lain:
Ø Dapat
memberikan batasan tujuan (sasaran dan target dakwah) sehingga mampu
mengarahkan para da’i secara tepat dan maksimal.
Ø Menghindari
penggunaan secara sporadis sumber daya insani dan menghindari pula benturan di
antara aktivitas dakwah yang tumpang-tindih.
Ø Dapat
melakukan prediksi dan antisipasi mengenai berbagai probloma dan merupakan
sebuah persiapan dini untuk memecahkan masalah dakwah.
Ø Merupakan
usaha untuk menyiapka kader da’i dan mengenal fasilitasi, potensi, dan
kemampuan umat.
Ø Dapat
melakukan pengorganisasian dan penghematan waktu dan pengelolaannya seara baik.
Ø Menghemat
fasilitas dan kemampuan insani serta materil yang ada.
Ø Dapat
dilakukan pengawasan sesuai dengan ukuran-ukuran objektif dan tertentu.
Ø Merangkai
dan mengurutkan tahapan-tahapan pelaksanaan sehingga akan menghasilkan program
yang terpadu dan sempurna.
Menentukan
sasaran yang ingin dicapai serta pembagiannya menjadi sasaran-sasaran yang
bersifat temporal dan sektorat serta menentukan skala prioritas pelaksanaannya.
Dengan begitu dapat menjamin secara maksimal tidak adanya sebuah pengabaian
tugas tertentu atau hal-hal lainnya yang tidak kalah pentingnya. Selanjutnya
sesuai dengan pentingnya peranan sasaran bagi seluruh tindakan da’wah/tabligh
yang akan dilakukan, maka haruslah diusahakan agar sasaran yang ditetapkan dan
dirumuskan itu benar-benar effektif.
Untuk itu
ada beberapa factor yang perlu diperhatikan, yaitu:
ü Tujuan
Tabligh
Sebagaimana telah
disebutkan diatas, bahwa sasaran yang hendak dicapai merupakan bahagian dari
tujuan da’wah/tabligh. Oleh karena itu sasaran harus bersifat menunjang dan
memberikan sumbangan ke arah pencapaian tujuan tabligh. Suatu tindakan yang
dimaksudkan untuk “Sampainya pesan Tuhan kepada umat manusia, agar mendapat
kebahagiaan di dunia dan di akhirat serta mendapat ridho Allah” maka inilah
yang dimaksud tujuan tabligh. Baik para pelaku atau penyelenggara da’wah
haruslah memberikan inspirasi dan motivasi guna mencapai tujuan tersebut, dan
mereka pun harus tekun dan sabar dalam menyampaikan pesan Tuhan tersebut.
Sebagaimana di zaman Rasululullah, para sahabat rela menymbangkan hartanya demi
terciptanya tujuan tabligh/da’wah. Seperti Siti Khadijah, Abu bakar, Utsman,
dll.
ü Masalah-masalah
yang dihadapi masyarakat
Sasaran yang
hendak dicapai oleh penyelenggara tabligh hendaknya merupakan jawaban terhadap
persoalan-persoalan yang tengah dihadapi oleh masyarakat. Atas dasar ini maka
sebelum sasaran tabligh itu ditentukan, haruslah dapat diidentifikasikan
masalah-masalah apa yang tengah dihadapi masyarakat itu. Sebagai contoh,
bilamana dapat diidentifikasikan bahwa persoalan-persoalan yang sangat mendesak
adalah soal sandang pangan misalnya, maka meletakan sasaran tabligh pada bidang
social ekonomi tentulah akan mendapat perhatian dan tanggapan yang sangat
positif dari masyarakat. Apabila usaha-usaha dalam rangka tabligh itu telah
mendapatkan simpati dari masyarakat, maka terbukalah jalan bagi usaha-usaha
tabligh yang lebih meningkat lagi. Sehingga secara tahap demi tahap masyarakat
dapat digerakan dan dibawa kea rah tujuan tabligh.
ü Hasil
perkiraan dan perhitungan masa depan
Sasaran
tabligh, meskipun masih berupa sesuatu yang diharapkan, tetapi haruslah
ditetapkan dalam taraf yang realistis. Ini berarti bahwa sasaran itu haruslah
masih dalam batas kemungkinan untuk dapat dicapai lewat langkah-langkah dan
usaha yang berencana dan usaha itu merupakan sesuatu yang dapat dikerjakan.
Untuk dapat menetapkan sasaran yang realistis, hasil perkiraan dan perhitungan
masa depan adalah penting.
Dari hasil
analisa terhadap situasi medan di mana tabligh akan diselenggarakan di masa
depan, begitu pula terhadap kondisi intern penyelenggara tabligh, dapatlah
ditetapkan dan dirumuskan hasil apa yang kira-kira dapat dicapai oleh
penyelenggara tabligh pada suatu tahapan tertentu.
- Penetapan tindakan tabligh dan prioritas pelaksanaannya
Tindakan-tindakan
tabligh adalah merupakan penjabaran dari sasaran tabligh yang telah ditentukan,
dalam bentuk aktivitas nyata. Sebagai penjabaran dari sasaran,
tindakan-tindakan tabligh haruslah relevant dengan sasaran itu, baik luasnya
maupun macam-macam aktivitas yang akan dilakukan. Disamping itu dalam
penetapan-tindakan-tindakan tabligh juga harus dipilih tindakan-tindakan yang
sifatnya merupakan pemecahan terhadap masalah-masalah pokok atau penting dalam
rangka pencapaian sasaran itu.
Dengan
uraian di atas, maka langkah-langkah yang harus di tempuh dalam hendak
menetapkan tindakan-tindakan tabligh itu adalah sebagai berikut:
a)
Meninjau kembali sasaran tabligh serta menentukan
luasnya skope aktivitas tabligh.
Setiap
tindakan dan kegiatan tabligh haruslah dapat menghasilkan sasaran yang
ditetapkan. Tindakan-tindakan yang tidak mengarah pada pencapaian sasaran yang
telah ditetapkan, adalah merupakan tindakan sia-sia yang hanya akan
meghabmburkan pikiran, tenaga, biaya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu
sebelum penentuan tindakan tabligh, haruslah terlebih dahulu diketahui dan
dipahami sasaran tabligh yang harus dicapai. Dengan memahami sasaran itu
dapatlah dipikirkan tindakan-tindakan apa yang harus dilaksanakan. Serta
seberapa luas skope kegiatan yang akan dilakukan. Sebagai contoh misalnya,
berdasarkan factor-faktor sebagaimana telah diuraikan di muka, untuk jangka
waktu lima tahun mendatang ini secara kwalitatif sasaran tabligh diformulir
sebagai berikut, “meningkatkan kwalitas ke-Islaman dan penghidupan umat
Islam serta melindungi mereka dari pegaruh-pengaruh negative yang merusak”.
Berdasarkan
sasaran tabligh seperti itu dapatlah diperkirakan luas skope kegiatan tabligh
serta dapat dipikirkan macam kegiatan apa yang harus dilaksanakan.
b)
Menentuan tindakan-tindakan penting
Apabila
telah dapat diperkirakan luas skope dan macam kegiatan tabligh yang harus
dilakukan, maka langkah berikutnya adalah merumuskan kegiatan-kegiatan itu.
Dalam hal ini harus dipilih kegiatan yang sifatnya penting. Dari rumusan di
atas dapatlah misalnya ditentukan bahwa skope kegiatan tabligh ini mencakup
segenap aspek kehidupan masyarakat. Atas dasar itu dapat pula dirumuskan
kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut:
- Melalui tabligh, masyarakat dapat meningkatkan dan memperdalam kesadaran dan pengertian tentang ajaran-aaran islam
- Pesan tabligh berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah.
- Menanamkan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi kehidupan.
- Melalui kegiatan tabligh, seorang mubaligh mampu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam bidang ekonomi, social, dan budaya.
- Mengingatkan masyarakat agar mempunyai filter untuk membendung arus pengaruh kebudayaan asing yang merusak keyakinan moral umat.
c)
Penetapan methode Tabligh
Dari segi
metodhe tabligh, apabila mengacu kepada definisi dan contoh tabligh yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW, dapat dibagi menjadi dua, yaitu tabligh melalui
lisan (khitabah), dan tabligh melalui tulisan (kitabah)
- Khitabah
Khitabah
menurut Harun Nasution adalah ceramah atau pidato yang mengandung
penjelasan-penjelasan tentang sesuatu atau beberapa masalah yang disampaikan
seseorang dihadapan sekelompok orang atau khalayak.
Dengan demikian, khitabah dapat diartikan
sebagai upaya sosialisasi nilai-nilai Islam melalui media lisan baik yang
terkait langsung dengan pelaksanaan ibadah mahdhoh, maupun yang tidak berkait
dengan ibadah mahdhoh.
2.
Kitabah
Tabligh melalui
media tulisan disebut dengan kitabah, yaitu proses penyampaian ajaran Islam
melalui bahasa tulisan bisa berupa buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur,
dan lain sebagainya. Yang berisi pesan-pesan ke-Islaman. Termasuk dalam
katagori ini bentuk-bentuk media cetak lain berupa lukisan, kaligrafi, photo
yang mengandung pesan-pesan ke-Islaman.
3.
I’lam
Tabligh melalui media elektronik
disebut dengan I’lam, yaitu proses penyampaian ajaran islam melalui media
elektronik bisa diinternet, televisi, radio, dan lain-lalin.
d)
Penetapan lokasi atau tempat tabligh
Lokasi
dimana tabligh akan dilakukan, harus ditentukan sebelum dilaksanakannya
tindakan tabligh itu. Dalam hendak menentukan lokasi, harus dipilih tempat mana
yang ditinjau dari berbagai segi menguntungkan. Factor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam rangka pemilihan lokasi itu adalah: macam kegiatan
tabligh, sumber tenaga pelaksana, fasilitas atau alat perlengkapan yang
diperlukan, serta keadaan lingkungan tempat bertabligh. Ketepatan dalam penentuan
dan pemilihan lokasi mempunyai pengaruh bagi kelancaran kegiatan tabligh. Oleh
karena itu masalah lokasi dan tempat, dimana kegiatan tabligh akan dlakukan,
haruslah mendapatkan perhatian dalam rangka perencanaan tabligh.
III.
EVALUASI ATAU PENILAIAN TABLIGH
Evaluasi
atau penilaian diterapkan untuk memastikan kemajuan yang teah dicapai sesuai
dengan sarana dan penggunaan sumber daya manusia secara efektif dan efisien.
Evaluasi tabligh juga dapat diartikan sebagai proses pemeriksaan dan usaha agar
aktivitas Tabligh dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka proses evaluasi itu terdiri dari
langkah-langkah sebagai berikut:
- Menetapkan standart
Langkah
pertama dalam rangka proses pengendalian dan penilaian tabligh adalah
menetapkan standart atau alat pengukur. Dengan alat pengukur itu barulah dapat
dikatakan apakah tugas tabligh yang telah ditentukan dapat berjalan dengan
baik, atau dapat berjalan tetapi kurang berhasil, atau sama sekali mengalami kegagalan
total, dan sebagainya. Misalnya tugas tabligh menyatakan, “Mengusahakan agar
masyarakat dapat menyaring arus pengaruh kebudayaan asing. Yang dapat merusak
moral”. Untuk dapat mengatakan berhasil atau tidaknya pelaksanaan tugas
tersebut, tentulah tidak mungkin tanpa adanya standart. Standar itu diperoleh
dari rencana tu sendiri yang telah dijabarkan dalam target-target yang dapat
diukur, baik kwalitas maupun kwantitas. Jika masyarakat mampu menyaring
kebudayaa asing, baik dari segi makanan, pakaian, prilaku, dan lain sebagainya,
berarti proses tabligh ini dikatakan berhasil. Tapi jika sebaliknya, masyarakat
malah semakin terus mengikuti kebudayaan asing, tanpa memakai filter, maka
proses tablig ini bisa dikatakan gagal.
- Mengadakan pemeriksaan dan penelitian terhadap pengaruh tabligh yang telah dilaksanakan.
Langkah
kedua dari proses evaluasi tabligh adalah mengadakan pemeriksaan dan penelitian
terhadap pelaksanaan tabligh yang ditetapkan. Dalam fase ini diadakan
pemeriksaan dan penelitian bagaimana dan sampai sejauh mana rencana yang telah
ditetapkan itu berhasil dapat dilaksanakan.
Hal ini dilakukan dengan berbagai macam cara,
salah satunya adalah peninjauan pribadi. Peninjauan pribadi dilakukan dengan
jalan, Mubaligh secara langsung melihat hasil dari tabligh. Apakah proses
tabligh itu berhasil dalam merubah masyarakat, atau tidak.
- Membandingkan antara pelaksanaan tabligh dan hasilnya.
Setelah
Mubaligh memperoleh informasi selengkap-lengkapnya mengenai pelaksanaan Tabligh
dan hasilnya, maka langkah berikutnya adalah membandingkan antara pelaksanaan
tabligh dan hasil senyatanya dengan standar yang telah ditetapkan. Dari hasi
perbandingan antara hasil senyatanya dengan hasil dengan hasil yang seharusnya
dicapai, dapatlah diadakan penilaian, apakah proses tabligh berjalan dengan
baik? Atau sebaliknya telah terjadi penympangan-penyimpangan. Apabila ternyata
proses tabligh berjalan dengan baik, artinya pelaksanaan tugas berjalan sesuai
dengan rencana dan hasilnya dapat mencapai atau mendekati target-target yang
telah ditetapkan. Tapi jka tidak, maka mubaligh harus memfokuskan perhatiannya
ke arah penyimpangan yang terjadi, baik yang berasal dari dirinya, maupun dari
mad’unya.
- Mengadakan tindakan perbaikan dan pembetulan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi.
Tindakan
perbaikan dan pembetulan hanya dapat dijalankan secara tepat, bilamana mubaligh
mengetahui dengan pasti apa sebabnya sampai terjadi kegagalan dalam tabligh.
Penyimpangan itu dapat disebabkan karena kemampuan dari pihak mubaligh sendiri.
Atau dapat juga disebabkan karena tidak tersedianya waktu dan biaya yang cukup
untuk menyelesaikan tugas tabligh. Atau dapat juga disebabkan karena tidak
terciptanya kondisi dan situasi yang kondusif.
BAB III
PENUTUP
I.
KESIMPULAN
II.
SARAN
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar